Tak Sadar atau Tak Peduli
Tak Sadar atau Tak Peduli
Bulan Februari adalah bulan yang penuh dengan memori yang jatuh dari langit yang dimana awan sudah tidak bisa menampung lagi kesedihan semua orang. Ketika hujan sore hari, Saya sangat tidak menikmati hari itu karena Saya paham apa yang sedang air hujan pikirkan. Banyak orang yang tidak ingin mengetahui dan memahami perasaan hujan itu tersendiri. Jangankan hujan, Bahkan mereka pun tak ingin menyadari bagaimana perasaan orang yang berada di sekitarnya.
Tak sadar atau tak peduli?
Hari itu hujan telah reda, tanaman tampak sangat senang karena Ia telah merasa segar kembali. Ayah Saya saat itu sedang melakukan aktifitas rumahnya seperti biasanya, Ia sangat menyukai apapun yang menurutnya itu bagus dan bisa dimanfaatkan untuk keluarganya. Tiba-tiba angin berhembus kencang secara mendadak dan itu membuat Saya terkaget. Sekilas Saya melihat halaman rumah dari dalam kamar Saya.
Saya tidak melihat ada angin yang lewat, tapi Saya melihat rambut Ayah Saya mulai memutih ketika Ia sedang melakukan aktifitasnya. Entah apa maksud angin menampakkan dirinya dengan melewati rumah Saya dengan kencang. Namun hari itu Saya benar-benar terkejut sekaligus tersadar, bahwasanya tidak hanya Bumi, Matahari, Galaksi maupun alam semesta yang semakin tua, Namun Ayah juga demikian.
Saya tersadar sekarang, kemanakah Saya kemarin?
Kenapa Saya baru menyadari hal ini?
Saya setiap hari, setiap waktu bersamanya, mengapa Saya tidak menyadari?
Dan lagi Saya tersadar bahwa Saya sendiri tidak mau peduli akan hali itu. Terlalu berfokus pada hidup diri sendiri, hingga melupakan kehidupan orang yang berada disekitar Saya. Berjalannya Umur dan menambahnya menua, Apa yang saya harus lakukan? Jika Saya ingin melakukan sesuatu, tidak ada yang bisa Saya lakukan untuknya. Saya sendiri tak cukup merasa dewasa untuk berpikir seperti itu.
Saya akhirnya sadar juga bahwa Saya selama ini tak sadar dan tak peduli dengan hal seperti ini.
Yuda Tanjung, 2021
Indonesia
Komentar
Posting Komentar