Memori Hujan
Memori Hujan
Hai, kenapa dada Saya merasa tertekan? Kupikir hanya pikiran dan raga yang bisa tertekan. Nyatanya dada Saya juga ikut merasakannya. Entah mengapa seketika Saya teringat dengan sosok yang kagumi dahulu kala hingga membuat Saya seperti malam ini. Dengan tenang Saya mengikuti tekanan dada Saya yang juga ada air hujan yang berada di sisi kiri teras rumah. Dan lagi-lagi muncul pertanyaan yang sama di setiap malam yang dingin ini.
Ada apa dengan Saya?
Hujan kali ini sungguh berarti bagi saya karena hujan ini mengingatkan Saya pada kenangan yang dulu pernah terukir. Apakah pernah Saya anggap sebagai kenangan? Kecuali kau, Saya akui iya. Memang pada dasarnya tidak terasa di hari itu, tapi sangat berdampak bagi Saya ketika melihat hujan yang konon katanya air yang dibawanya bisa membuat sebuah memori dan Saya mempercayai hal itu. Bodohkah diri Saya? Saya tidak pernah letih untuk menggali masa lalu walaupun lebih banyak hal-hal yang tidak normal bagi orang gila seperti Saya. Namun setelah Saya menggali semakin dalam, yang Saya temukan ialah sebuah kesadaran bahwasanya semua itu bukanlah untuk Saya, kenangan dan keindahan itu bukanlah milik Saya. Melainkan milik sang pencari Tuhan yang setia.
Siapakah Saya?
Hanyalah seorang pencari pertolongan Tuhan saja. Diriku yang seperti ini mengharapkan ciptaan Tuhan yang agung? Sekali lagi Saya bertanya, Apakah Saya bodoh? Dengan kata sederhana ini, Saya tuangkan tulisan yang sempat Saya pikirkan tadi pada Jam 00.39 WITA dengan tulus dan juga dengan tekanan di dada.
Dada atau Hati Saya?
Semoga hujan malam ini bisa menyimpan memori yang ada di rumah dan pikiran Saya ini yang kemudian senantiasa membawa memori ini kepadanya suatu hari nanti bahkan Saya sudah menginjak hari-hari tua.
Yuda Tanjung, 2021
Indonesia
Gilaa sih ini, Isinya daging semua
BalasHapusMantap ttp berkarya 👍
BalasHapus