Tekanan Hari
Tekanan Hari
Hanya baru hitungan jari hari berada dan itu sudah membuat kepala terasa mendua. Awal sangat mengagumi bisa berjajar bersama mereka, tapi waktu terus saja tak merestui. Memang kesannya Bucin, tapi percayalah tak harus seperti itu. Berpikir dunia namun tak berpikir akhirat. Semakin ke depan, semakin melupakan resiko.
Hanya bahagia yang terlintas. Itulah sifat manusia, egois terhadap tak adanya ancaman. Aku suka itu, kulakukan saja. Terus saja jam berputar meninggalkan jejak kenangan dan ancaman yang menanti di putaran selanjutnya.
Kugali kenangan yang terjejak. Tak kutemukan yang kucari. Secepat itukah mereka mencurinya? Ingin berkata Persetan, namun ku tahu itu dosa. Akan menyakiti setiap kenangan yang tertinggal.
Selalu berdoa di setiap maksiatku agar tak ada yang lain lagi. Satu per satu tak terkabul, yang lainnya menertawakan seakan bahagia melihatku tertindas. Setiap pertanyaan yang kupanjatkan, tak ada kabulan yang hadir di mimpi. Haruskah kuberhenti? Tanggung jawab masih tertekan, tak bisa bermain katanya.
Hari ini seakan panjatanku tak bisa lagi memanjat menembus langit.
Hari ini seakan menyuruhku menyiapakn tempat tertinggi.
Hari ini seakan membuatku tertawa sendiri.
Hari ini seakan sengaja untukku saja.
Seakan hari ini memang untukku saja.
Seakan hari ini spesial untukku menghilang.
Yuda Tanjung, 2020
Ini Keahlianku, jangan diganggu
Komentar
Posting Komentar